Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bukti dan Fakta Sejarah: Fakta Lunak, Fakta Keras, Inferensi, dan Opini

SAMSULNGARIFIN.COM - Pada postingan kali ini kita akan membahas tentang bukti dan fakta sejarah. Bukti peninggalan sejarah merupakan sumber penulisan sejarah Fakta adalah hasil dari seleksi data yang terpilih. Fakta menunjukkan terjadinya suatu peristiwa pada masa lampau. Fakta berasal dari bahasa Latin, factus dan facerel yang artinya selesai atau mengerjakan. Fakta sejarah adalah fakta-fakta yang berhubungan langsung dengan peristiwa sejarah yang kita teliti. FJ Tigger mendefinisikan fakta sebagai hasil penyelidikan secara kritis yang ditarik dari sumber-sumber dokumenter. 

Sementara Louis Gottchalk mengartikan fakta sebagai suatu unsur yang dijabarkan secara langsung atau tidak langsung dari sumber sejarah yang dipandang kredibel setelah diuji secara saksama dengan metode sejarah. Dari pandangan sejarah itu menunjukkan bahwa fakta dalam sejarah adalah rumusan atau kesimpulan yang diambil dari sumber sejarah atau dokumen. Fakta sejarah dibagi menjadi fakta lunak, fakta keras, inferensi, dan opini. 

A. Fakta Lunak 

Fakta lunak merupakan fakta yang masih perlu dibuktikan dengan dukungan fakta-fakta lain. Para sejarawan melalui penelitian sumber-sumber sejarah mencoba mengolah sehingga bisa dimengerti. Tetapi bisa saja bahwa apa yang dianggap sebagai fakta belum tentu diterima oleh orang lain, sehingga tidak jarang masih mengundang perdebatan. Contohnya peristiwa pembuatan surat perintah 11 Maret 1966 atau Supersemar merupakan fakta lunak karena masih dalam perdebatan 

B. Fakta Keras 

Fakta keras adalah fakta-fakta yang biasanya sudah diterima sebagai suatu peristiwa yang benar dan tidak lagi diperdebatkan Fakta ini sering disebut "fakta keras", fakta yang sudah mapan (established) dan tidak mungkin dipalsukan lagi. Contohnya peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan fakta yang tidak bisa diubah lagi. 

C. Inferensi 

Inferensi merupakan ide-ide sebagai benang merah yang menjembatani fakta yang satu dengan fakta yang lain. Ide atau gagasan ini dapat dimasukkan dalam kategori fakta, tetapi masih cukup lemah. Alasannya, inferensi tidak lebih dari suatu pertimbangan logis yang menjelaskan pertalian antar-fakta-fakta. 

D. Opini 

Opini mirip dengan inferensi, tetapi lebih bersifat pendapat pribadi/perorangan. Alasannya pendapat pribadi maka tidak didasarkan pada konsideran umum. Sebagai salah satu bentuk informasi sejarah, opini merupakan penilaian (value judgment) atau sangkaan pribadi.

BERDASARKAN BENTUKNYA

Berdasarkan bentuknya fakta sejarah dibagi menjadi tiga, yaitu fakta benda (artefak), fakta mental, dan fakta sosial. 

A. Fakta Benda (Artifact) 

Artefak (artifact) merupakan benda yang sebagian atau keseluruhannya merupakan hasil buatan tangan manusia. Fakta benda dihasilkan dari hasil cipta, rasa, dan karsa manusia atau merupakan hasil kebudayaan manusia yang bersifat fisik artistic. Oleh karena itu, artefak dapat menggambarkan tingkat kehidupan pada masyarakat, ilmu pengetahuan dan keterampilan masyarakat, serta alam pikiran dan kepercayaan masyarakat. 

Artefak bisa berupa sisa-sisa peninggalan berupa alat-alat buatan manusia dari zaman Praaksara dan hasil-hasil peradaban manusia pada zaman Sejarah. Contohnya adalah candi, prasasti, nekara, menhir, dan yupa. Adanya candi menggambarkan bahwa kehidupan masyarakat pada masa itu sudah pandai dalam mengukir batu, memotong batu, menyusun batu, merancang bangun, dan kepercayaan terhadap dewa pada agama Hindu-Buddha. Adapun artefak berupa kapak genggam menggambarkan masyarakat yang masih primitif karena belum mengenal cara mengukir dan membentuk batu dengan baik. 

B. Fakta Mental (Mentifact) 

Fakta mental adalah kondisi yang dapat menggambarkan suasana pikiran perasaan batin, kerohanian, dan sikap yang mendasari suatu karya cipta. Fakla mental bertalian dengan perilaku ataupun tindakan moral manusia yang mampu menentukan baik-buruknya kehidupan manusia, masyarakat dan negara. Fakta mental bersifat abstrak yang berupa keyakinan dan kepercayaan sehingga kasat mata. 

Fakta ini hanya dapat diketahui dengan mempelajari karakter dan mental sebuah masyarakat. Walaupun demikian, manusia menyadari adanya fakta mental sangat berguna dalam penyusunan sejarah (historiografi). Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau dapat memengaruhi mental kehidupan manusia pada masa yang akan datang. Keadaan mental masyarakat akan dapat memunculkan suatu peristiwa yang besar, baik yang bersifat positif maupun negatif tergantung peristiwa terdahulu yang memengaruhi mental seseorang. Misalnya, mental orang Aceh yang keras dan tidak mudah menyerah, mengakibatkan pihak kolonial Hindia Belanda kewalahan dalam menghadap perlawanannya. 

C. Fakta Sosial (Sosiofact) 

Fakta sosial adalah fakta sejarah yang memiliki dimensi sosial yang berisi jaringan interaksi antarmanusia. Ternyata peristiwa-peristiwa sejarah sangat dipengaruhi oleh masalah-masalah sosial yang muncul dalam kehidupan masyarakat. Fakta sosial juga ada yang mendefinisikan sebagai fakta sejarah yang berdimensi sosial yakni kondisi yang mampu menggambarkan tentang keadaan antarmanusia contoh pakaian adat atau pakaian kebesaran raja. 

Dengan demikian fakta sosial berkenaan dengan kehidupan suatu masyarakat, kelompok masyarakat, atau suatu negara yang menumbuhkan hubungan sosial yang harmonis serta komunikasi yang terjaga baik. Misalnya, bangunan arsitektur Eropa di Indonesia. Ini menandakan bahwa di tempat bersangkutan pernah ditempati oleh orang-orang asal Eropa yang membangun rumah yang berarsitektur dan tidak jauh beda dengan negara asalnya.

Demikian pembahasan tentang Bukti dan Fakta Sejarah: Fakta Lunak, Fakta Keras, Inferensi, dan Opini. Terima kasih telah berkunjung dan jangan lupa membaca artikel lainnya di samsulngarifin.com.

Posting Komentar untuk "Bukti dan Fakta Sejarah: Fakta Lunak, Fakta Keras, Inferensi, dan Opini"