Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Revolusi Rusia 1917: Latar Belakang, Jalannya Revolusi, dan Dampaknya bagi Bangsa Indonesia

REVOLUSI RUSIA 1917

Sejarah Revolusi Rusia 1917 - Pada postingan kali ini kita akan membahas tentang "Revolusi Rusia 1917: Latar Belakang, Jalannya Revolusi, dan Dampaknya bagi Bangsa Indonesia".

Kekalahan Rusia dalam Perang Dunia I menjadi salah satu penyebab meletusnya Revolusi Rusia. Selain itu, gaya hidup Tsar II yang bermewah-mewah kontras dengan rakyatnya yang menderita.

Kehidupan yang semakin menderita lantas membuat rakyat, terutama kaum petani dan buruh mulai mendukung gerakan-gerakan yang menentang pemerintahan Tsar Nicholas II.

Revolusi Rusia 1917: Latar Belakang, Jalannya Revolusi, dan Dampaknya bagi Bangsa Indonesia

A. Pemikiran-Pemikiran yang Melandasi Revolusi Rusia

1) Liberalisme
Pada permulaan abad XIX (masa sesudah Kongres Wina) keadaan Rusia masih sangat terbelakang jika dibandingkan dengan keadaan Eropa Barat. Masyarakat Rusia terbagi atas dua golongan saja, ialah : tuan tanah (bangsawan) dan petani (rakyat jelata). Industri belum ada dan karena itu belum ada kaum pertengahan (atau kaum borjuis). Rusia masih merupakan negara agraris yang kolot. Tidak adanya kaum pertengahan ini mempersukar masuknya liberialisme ke Rusia, karena lazimnya kaum pertengahanlah yang meruakan pendukung liberialisme.

Keadaan masyarakat Rusia masih kolot. Dipandangan mata rakyat yang kolot itu Tsar Rusia lebih merupakan seorang dewa yang keramat. Bangsawan yang berdekatan denga raja, mempunyai kedudukan yang istimewa di atas rakyat. Mereka merupakan tuan tanah besar yang mengekang hidup rakyat jelaata sebagai petani.

Rakyat jelata sebagaian besar merupakan petani miskin yang tidak memiliki tanah sendiri, tetapi hanya mengerjakan tanah dari tuan tanah. Mereka diharuskan tunduk kepada segala kehendak tuan tanahnya dan tidak boleh pindah ke lain tempat (ke lain daerah). 

Terikat kepada tempat tinggalnya dan terpaksa tunduk kepada tuan tanahnya, petani merupakan budak belaka dari tuan tanahnya. Status petani sebagai budak dari tuan tanah ini memang status yang disyahkan oleh pemerintah Rusia sejak Undang-Undang Perbudakan tahun 1646 dari Tsar Alexis I. 

Walaupun pada tahun 1861 Tsar Alexander II menghapuskan perbudakan, hidup petani belum mengalami kemajuan yang nyata. Di dalam kebijakan penghapusan perbudakan ini (Undang-Undang Emansipasi), Tsar II menyatakan bahwa bekas budak mendapat tanah sebagai miliknya, tetapi sebagai milik bersama (kolektif) dari suatu desa (mir). 

Satu tanah desa dikepalai satu orang kepala mir (lurah desa). Lama kelamaan Mir ini bertindak sebagai tuan tanah saja terhadap petani-petani anggaota mir. Kepala mir akhirnya menjadi petani besar dan kaya yang disebut kulak. Hidup petani biasa tetap sengsara.

Pada tahun 1906 dibawah pemerintahan Tsar Nicolas II oleh menteri Stolypin sistim mir dihapuskan. Tanah tidak lagi merupakan milik kolektif dari mir, tetapi diberikan kepada petani sebagai milik perseorangan. Tetapi perubahan agrarian dari menteri Stolypin agak terlambat diadakannya, karena ketika itu revolusi Rusia sudah mulai mendidih dan tindakan Stolypin itu oleh kaum revolusioner dianggap sebagai tanda kelemahan pemerintahan tsar (baru kalah dalam perang Rusia-Jepang 1905) dan tidak sebagai perbaikan nasib petani.

Menyikapi kondisi Rusia yang semakin terpuruk, berkembang pemikiran liberal dikalangan pelajar Rusia, mereka Ingin membangun Rusia atas dasar konsepsi Barat. Menurut pendapatnya, Negara itu adalah badan politik belaka untuk mencapai kesejahteraan rakyat, dan karena politik itu adalah soal ratio, maka Negara harus disusun atas dasar ratio pula. Menurut pendapat mereka, Rusia merupakan sebagian dari dunia lainnya dan tidak sebagai Negara yang berdiri tersendiri lepas dari dunia lainnya, dan karena itu harus mengikuti jejak dunia lainnnya. Mereka berfaham internasional dan liberal.

2) Pan-Slavisme
Rakyat Rusia Ingin membangun Rusia atas dasar kulutur Slavia. Menurut pendapatnya, Negara itu adalah badan moral. Dan karena moral bangsa Slavia terletak dalam agama Katholik –Yunani, maka Negara harus disusun menurut konsepsi agama Katholik-Yunani. Menurut pendapat mereka, pemerintahan Rusia yang terbaik adalah pemerintahan otokrasi, karena bentuk pemeritnahan inilah yang sejak dulu selalu dipakai oleh bangsa Slavia. Aliran Slavia atau Slavophil ini merupakan pendekar dari faham otokrasi, orthodoxy dan nasioanlisme. Slavophil inilah yang nanti menimbulkan gerakan Pan-Zlavisme.

Pan-Slavisme ialah gerakan utnuk mempersatukan bangsa-bangsa Slavisme dan menjunjung tinggi kebudayaan Slavisme. Bangsa Slavia adalah bangsa Indo-Jerman. Pusat kedudukan mereka yang Pertama dikenal dalam sejarah ialah Ukraina dan sekitarnya. Mereka kemudian bergerak keutara sampai laut Timur (Laut Baltik), ke timur sampai Siberia, ke Selatan sampai Balkan, Laut Hitam, Laut Kaspia, dan ke Barat samapi di perbatasan Jerman. Termasuk bangsa Slavia ialah: bangsa Polandia, Tsjeeh, Slovak, Bohemia, Moravia (semua termasuk bangsa Slovia Barat), bangsa Rusia, Ukraina, Rumania, Bulgaria, (Bangsa Bulgaria Timur). 

Bangsa Slavia Barat beragama Roos-Katholik bangsa Slavia Timur dan Slavia Selatan beragama Katholik Yunani. Bangsa Slavia Barat berfaham Eropa Barat, bangsa Slavia Timur dan Slavia Selatan berfaham Eropa Timur. Disinilah letaknya rintangan yang terbesar dalam gerakan Pan-Slavisme.

3) Nihilisme
Nihilism adalah faham yang mengatakan bahwa masyarakat ini telah terlanjur rusak dan tidak mungkin lagi dapat diperbaiki, karena itu harus dilenyapkan sama sekali (nihil=nol=lenyap sama sekali). Kemudian setealh lenyap sama sekali, baru disusun masyarakat baru berdasarkan atas ratio.

4) Anarchisme
Anarchism adalah faham yang mengatakan bahwa masyarakat yang bahagia itu adalah masyarakat yang tidak berpemerintahan (anarchi=an-archi=tidak – pemerintah=tidak berpemerintahan). Pokok dari kebahagiaan adalah kebebasan . dalam masyarakat yang berpemerintahan orang belum bebas sama sekali, sebab pemerintah itu merupakan badan yang memaksa terhadap warga Negara. Karena itu pemerintah harus dilenyapkan. “ Dunia yang bahagia”. Kata Bakunin adalah dunia tanpa tuhan dan tanpa hukum.

5) Sosialisme dan Komunisme
Dengan timbulnya industri, timbullah golongan buruh (proletar) dan timbul pula gerakan sosialisme. Pemerintahan Nicholas II yang bermuka dua (reaksioner dalam politik, namun progresif dalam ekonomi) menimbulkan ketegangan di dalam negeri. Rekasionalisme politik tidak mengakui adanya hak-hak politik bagi rakyat, sebaliknya progresivisme ekonomi dengan industrialisasinya menciptakan golongan buruh yang menuntut hak-hak politik bagi rakyat. 

Ketegangan makin berkembang dengan semakin majunya industry, bertambahnya jumlah kaum buruh dan tetap tidak maunya Nichola II melepaskan politik reaksionernya. Revolusi tinggal soal waktu saja. Terorisme mulai timbul lagi pada tahun 1900.

George Plekanov pada tahun 1898 mendirikan Partai Sosial-Demokrat dengan program yang moderat, ialah : persamaan dalam hokum, kemerdekaan pers, berbicara, berkumpul, dan perbaikan nasib buruh dan tani.

Tujuan ini hendak dicapainya dengan jalan politik (indirect action) dan dengan jalan pemogokan (direct action). Tetapi sayap radikal dalam partai Sosial-Demokrat menghendaki direct action saja yang berupa revolusi. Pecahlah Partai Sosialis-Demokrat menjadi dua; Mensjewiki (sosial-demokrat ata dengan singkat boleh disebut sosial) dan Bolshevik (radikal-revolusioner, atau kelak disebut komunis).

Perpecahan ini terjadi pada tahun 1903 dalam kongres partai-demokrat dari seluruh dunia di London. Mensjewiki dipimpin oleh George Plekhanov, kemudian oleh Kerensky dan Bolshevik dipimpin oleh Vladimir Ulyanov (terkenal dengan nama samarannya; Lenin), kemudian Josef Dschugaschvili (terkenal sebagai Stalin). Komunisme akan menghapuskan milik perseorangan dan menjelmakannya kembali menjadi milik kolektif, yaitu Negara

B. Latar Belakang Revolusi Rusia 1917

1. Pemerintahan Tsar (Nicholas II) yang Reaksioner
Di zaman negara-negara lainnya mengakui hak-hak politik bagi warganegaranya, Tsar masih saja segan atau tidak mau member hak-hak politik yang sungguh-sungguh kepada warganegaranya. Betul Duma diadakan tetapi Tsar tidak pernah menghiraukannya. Pemilihannya pun adalah palsu karena mereka yang pro Tsar yang dipilih duduk dalam Duma, hingga Duma lebih merupakan dewan penasehat Tsar daripada dewan perwakolan rakyat yang sesungguhnya.

2. Susunan Pemerintahan Tsar yang Buruk
Pemerintahan tidak disusun secara rasional, tetapi atas dasar favoritisme. Tsar tidak memilih orang-orang yang cakap untuk pemerintahannya, tetapi orang-orang yang disukainya. Dalam hal ini Nicholas II sangat dipengaruhi oleh Tsarina Alexandra, dan Alexandra dibawah pengaruh dari orang yang menyebut dirinya “utusan tuhan” yaitu Gregory Rasputin. Alexandara dan Rasputin adalah orang-orang yang sangat kolot dan benci terhadap segala macam faham baru.

3. Perbedaan Sosial yang Mencolok Mata
Tsar dengan bangsawan-bangsawan hidup mewah dan kaya raya. Rakyat terutama petani dan buruh hidup sangat miskin dan sengsara. Bangsawan memiliki semua hak, sementara rakyat jelata tidak mempunyai hak sama sekali. Meskipun perbudakan telah dihapuskan tetapi dalam hidup sehari-hari bangsawan memandang rakyat tidak lebih daripada budak mereka belaka.

4. Soal Tanah
Perubahan agrarian 1906 dari menteri Stolypin hanya menjelmakan tanah-tanah mir menjadi milik perseorang dari anggota-anggota mir saja. Tetapi di lur mir itu masih terdapat tanah-tanah yang luas sekali dari tuan-tuan tanah besar, yaitu bangsawan-bangswan dan kulak-kulak (petani-petani besar). Tanah-tanah ini kekerjakan oleh petani-petani kecil sebagai pekerja-pekerja. Mereka inilah yang menuntut tanah sebagai miliknya.

5. Aliran-Aliran yang Menentang Tsar
Dalam revolusi 1905, aliran-aliran yang menentang tsar dapat ditindas tetapi tidak lenyap. Mereka bergerak secara gelap dan mengumpulkan kekuatan mereka kembali sambil menunggu kesempatan untuk timbul kembali. Aliran-aliran yang menentang tsar ini ialah:
  • Kaum liberal (disebut kadet = konstitusionil democrat) menghnendaki kerajaan yang berundang-undang
  • Kaum sosialis menghendaki susunan masyarakat yang sosialistis dan pemerintahan yang modern dan demokratis. Kaum sosialis merupakan anasir yang revolusioner dan terbagi atas dua aliran: Meshevik (moderat, atau sosial-demokrat) dan Bolshevik (radikal, kelak dikenal dengan komunis). Pemimpin Menshevik ialah Kerensky, dan pemimpin Bolshevik ialah lenin dan Trotsky.
6. Kekalahan Perang
Ketika Rusia masuk Perang Dunia I, maka sebenarnya Rusia tidak mempunyai tujuan perang yang tertentu. Rusia ikut perang karena terikat dan terseret oelh perjanjian-perjanjiannya dengan Negara-negara lain., terutama oleh Triple Entente. Karena itu ikut serta Rusia dalam Perang Dunia I tidak mendapat sambutan rakyat yang hangat. Dan perang yang tidak dapat backing rakyat sukar mendapatkan kemenangan. Kekalahan-kekalahan Rusia yang besar (Tanneberg, danau-danau Masuri) mengecewakan hati rakyat dan lenyaplah kepercayaan terhadap tsar. Akhirnya rakyat jemu melihat perang, merek aingin damai.

7. Bahaya Kelaparan Mengancam
Lima belas juta orang dimobilisir untuk perang. Timbullah kekurangan tenaga kerja baik dalam industry maupun dalam pertanian. Lima belas juta tentara harus dijamin penuh. Timbullah kekurangan bahan makanan . ekonomi Negara kacau dan bahaya kelaparan mengancam Rusia. Revolus telah diambang pintu.

C. Jalannya Revolusi Rusia 1917

Revolusi tahun 1917dapat dibagi dalam dua fase yaitu Revolusi Februari 1917 (fase pertama) dan Revolusi Oktober 1917 (fase kedua).

1. Revolusi Februari 1917
Kadet, Menshevik menggulingkan Tsar. Revolusi dimulai di Leningrad. Para demonstran menunut bahan makanan, kemudian diilkuti oleh pemogokan di perusahaan-perusahaan. Tentara yang diperintahkan menembaki pemogokan berbalik memblokir dan menembaki opsir-opsirnya sendiri. Revolusi meletus. Sar ditawan dan dipaksa turun tahta.

Pemerintahan sementara dibentuk. Kaum kadet memegang pimpinan. Tetapi kaum kadet tidak mengadakan perubahan-perubahan seperti yang dituntut oleh rakyat, karena takut bahwa perubahan-perubahan itu hanya akan menambah kekacauan. Kaum Menshevik dibawah Kerensky menggulingkan kaum kadet dan memegang pimpinan pemerintahan. 

Program kaum Menshevik adalah : “ pertama-tama menjunjung kembali kehormatan Rusia (telah merosot karena kekalahan-kekalahan perang) kemudian baru mengadakan perubahan-perubahan pemerintahan dalam negeri. Segera bentuk Republik diumumkan bagi Rusia (1917)”. Serangan besar-besaran dilangsungkan terhadap Jerman, tetapi gagal sama sekali. Rakyat yang telah jemu perang, kehilangan kepercayaannya terhadap pemerintahan Mensjewiki. Segera kaum Bolsjewiki tampil ke muka dan menjanjikan kepada rakyat : keadaan yang damai, bahan makan, pembagian tanah.

2. Revolusi Oktober 1917 (Revolusi Komunis)
Pada tahun 1917 (April) Lenin kembali ke Rusia dari perantauannya (sejak 1907) diJerman, Perncis, Inggris, Austria, Swiss. Pada tahun itu juga tiba di Rusia Leon Trorski (sebenarnya Bronstein) dari Amerika. Dua orang ini adalah jago-jagi yang akan memimpin gerakan komunis (Bolshevik) di Rusia.

Diam-diam kaum Bolshevik mengadakan persiapan-persiapan untuk menimbulkan Revolusi Bolshevik. Mereka membentuk pemerintahan sendiri, tentara sendiri (pasukan merah) dan menyebarkan propaganda anti-pemerintaha-borjuis. Ketika pemerintah Menshevik (Kerensky) kehilangan kepercayaan rakyat (karena gagalnya serangan besar-besaran) maka kaum Bolsjewiki lekas-lekas memeluk rakyat dan menganjurkan petani-petani membagi-bagi tanah dan kaum buruh mensita pabri-pabrik. 

Dengan sekaligus mereka mendapatkan simati dan backing dari rakyat. Tibalah waktunya untuk meletuskan revolusi. Revolsui dimulai dari Petrograd lagi, tentara dan angkatan laut di Petrograd memihak Lenin dan kemudian juga tentara-tentara di front. Pada tanggal 25 Oktober 1917 pemerintahan Menshevik (Kerensky) digulingkan dan Bolshevik (lenin) memegang pemerintahan. Segera diadakan perubahan-perubahan yang besar;
  • Perundingan peardamaian dengan Jerman dimulai dan akhirnya menciptakan “perjanjian Perdamaian Brest Litowsk (1918)”
  • Segala hutang piutang dari pemerintahan Tsar dihapuskan dan bank menjadi monopoli negara
  • Tanah dibagi-bagikan kepada petani dan buruh menyita pabrik-pabrik
  • Bahan makanan dikerahkan dan dibagi-bagikan kepada rakyat
Revolusi berjalan dengan baik dan kaum Bolshevik (Lenin) erat-erat memegang pemerintahan yang telah digenggamannya. Revolusi Bolshevik menjadi titik awal masuknya aliran komunis di Rusia. Di tahun 1922, Lenin membentuk Uni Soviet yang terdiri dari Republik Sosialis Federasi Soviet Rusia, Republik Sosialis Federasi Soviet Transkaukasia, Republik Sosialis Soviet Ukraina, dan Republik Sosialis Soviet Belarusia.

D. Dampak Revolusi Rusia bagi Indonesia

Pengaruh Revolusi Rusia juga berdampak terhadap perkembangan pergerakan nasional di Indonesia yang tampak jelas dengan berkembangan paham Marxis yang kemudian melahirkan Partai Komunis Indonesia atau PKI. 

Kronologi terbentuknya Partai Komunis Indonesia dimulai dengan atas dasar Marxisme inilah pada tanggal 9 Mei 1914 di Semarang, Sneevliet bersama-sama dengan J.A. Brandsteder, H.W. Dekker, dan P. Bersgma berhasil mendirikan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV).

Sneevliet kemudian melakukan infiltrasi (penyusupan) kader-kadernya ke dalam tubuh SI dengan menjadikan anggota-anggota ISDV sebagai anggota SI, dan sebaliknya anggota-anggota SI menjadi anggota ISDV. Akibatnya, SI Cabang Semarang yang sudah berada dibawah pengaruh ISDV semakin jelas warna Marxismenya sehingga menyebabkan perpecahan dalam tubuh SI. Pada tahun 1919 ISDV diubah menjadi Partai Komunis Hindia dan selanjutnya pada bulan Desember 1920 menjadi Partai Komunis Indonesia.

Revolusi Rusia mengilhami para pemimpin dan kader Partai Komunis Indonesia untuk melawan terhadap pemerintahan resmi: melakukan kudeta ala Lenin dan Bolsheviks-nya. Partai revolusioner ini sejak tahun 1926 telah mengadakan perlawanan terhadap pemerintah Hindia Belanda meski gagal.

Demikian postingan tentang "Revolusi Rusia 1917: Latar Belakang, Jalannya Revolusi, dan Dampaknya bagi Bangsa Indonesia".

Semoga bermanfaat. Salam pendidikan!!!

Sumber:
  • Modul Sejarah Peminatan Kelas XI SMA, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Posting Komentar untuk "Revolusi Rusia 1917: Latar Belakang, Jalannya Revolusi, dan Dampaknya bagi Bangsa Indonesia"