Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Materi Sejarah Kelas 10 Bab Peradaban Awal Lembah Sungai Indus (India Kuno)

materi sejarah kelas 10 bab peradaban lembah sungai indus

PERADABAN AWAL LEMBAH SUNGAI INDUS (INDIA KUNO)

Letak Geografis Peradaban Awal Lembah Sungai Indus

Peradaban lembah Sungai Indus diperkirakan sudah ada sekitar 2500-1800 SM. Peradaban ini hidup di sepanjang Sungai Indus dan Sungai Ghaggar Hakra yang sekarang berada di wilayah Pakistan dan India Barat. Pemusatan terbesar dari lembang Sungai Indus berada di timur Indus, dekat wilayah yang dahulunya merupakan Sungai Sarasvati Kuno yang pernah mengalir.

Sistem Kepercayaan Peradaban Awal Lembah Sungai Indus

Beberapa cap atau stempel peradaban indus memperlihatkan adanya swastika, yang lazim terdapat pula pada agama-agama lain yang berkembang kemudian seperti Hindu, Buddha, dan Jaina (agama dharma). Banyak stempel bergambar binatang. Sebuah motif menunjukan arca bertanduk duduk dalam posisi lotus-duduk dengan posisi bersila dengan kedua kaki saling menyilang dan dikelilingi binatang-binatang, yang oleh para penggali situs kuno ini diberi nama Pashupati (dewa pengendali dan pemelihara semua binatang piaraan), suatu julukan untuk kedua dewa Hindu kemudian: shiva dan rudra.

Dengan demikian, bukti paling awal unsur-unsur Hinduisme telah ada sesudah dan selam periode awal peradaban ini. Dalam perkembangan selanjutnya, ketika agama Hindu semakin berkembang dan mapan (established) kepercayaan kepada para dewa-dewi semakin terlembagakan. Perkembangan pesat agama Hindu terjadi terutama sejak zaman weda.

BACA JUGA: Materi Kehidupan Awal Masyarakat Indonesia - Sejarah Peminatan Kelas X SMA

Sejak masa ini orang-orang India menyembah dewa-dewi seperti Agni, Varuna, Vayu, Siwa, dan sebagainya. Dewa tertinggi yang diyakini sebagai penguasa alam semesta disebut trimurti, yang terdiri dari Brahma (pencipta alam), Wisnu (pemelihara alam), dan Siwa (dewa perusak dan dewa kematian). Walaupun dewa-dewi itu banyak, semuanya merupakan manifestasi atau perwujudan dari tuhan yang yang disebut Brahman. Jadi, agama hindu adalah agama monoteistis, bukan politeistis.

Selain Hindu, di India juga berkembang agama Buddha. Pada tahun 500 SM lahir agama Buddha, atau disebut zaman Buddha (500 -300 SM). Zaman ini dimulai ketika putra raja Sudhodana bernama Sidharta menafsirkan weda dari sudut logika serta mengembangkan sistem yoga dan semadhi sebagai jalan untuk mendekatkan diri pada tuhan.

Dalam perkembangannya kemudian agama Buddha terbagi dalam dua aliran, yaitu Buddha Mahayana atau kendaraan besar yang lebih kompleks, dan Buddha Hinayana atau kendaraan kecil yang lebih sederhana. Kitab suci agama Buddha, yang meliputi: Winayapitaka yang berisi tentang aturan dan cara-cara hidup pengikutnya, Suttapitaka, berisi kumpulan wejangan Buddha, Abidharmapitaka, berisi penjelasan-penjelasan tentang soal-soal keagamaan.

Sistem Pemerintahan Peradaban Awal Lembah Sungai Indus

Tentang pemerintahan di kedua kota utama itu, Mohenjo-Daro dan Harappa, tidak ada penjelasan yang pasti. Dilihat dari bekas-bekas reruntuhan kota serta kesamaan artefak yang tersebar di kedua wilayah kota itu seperti tembikar, stempel, timbangan, dan batu-bata, sebagian arkeolog memperkirakan Mohenjo-Daro dan Harappa berada di satu otoritas atau pemerintahan. 

Tata letak kota memperlihatkan ada dua wilayah pemukiman, yaitu wilayah administratif dan wilayah kota. Wilayah administratif adalah wilayah pemukiman orang biasa; wilayah kota adalah wilayah pusat pemerintahan, yang dihuni raja dan para bangsawan. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, kedua pemukiman ini diberi batas tembok yang tinggi, yang dilengkapi menara dan sistem saluran air yang tertutup. 

BACA JUGA: Persamaan dan Perbedaan Manusia Purba dengan Manusia Modern: Aspek Fisik dan Nonfisik

Namun, sebagian arkeolog juga tidak menampik adanya kemungkinan lain, yaitu tidak ada penguasa sama seklai, dan setiap orang menikmati status sosial yang sama. Selanjutnya, seperti halnya perkembangan peradaban-peradaban lain di dunia, india kuno juga mengalami perkembangan dalam beberapa periodesasi penting. Setelah kedua kota kuno ini mengalami kehancuran, muncul kembali kota-kota baru di wilayah yang lebih kecil, yaitu lembah Sungai Gangga, antara lain Anga, Kosala, Magada, dan Chedi. Kota ini diperikirakan hancur pada sekitar 1750 SM.

Ada dua hipotesis utama hancurnya peradaban ini; akibat adanya pergeseran aliran sungai yang merusak lahan pertanian dan kemudian ditinggalkan para penghuninya; kedua, adanya pendudukan oleh bangsa arya yang masuk ke wilayah tersebut dari asia engah; pendudukan itu tidak menghancurkan penduduk asli. 

Hipotesis kedua umumnya lebih populer dibandingkan hipotesis pertama. Konon akibat pendudukan tersebut, sebagian penduduk indus menyingkir ke dataran tinggi dekkan, sebagian lagi membaur dengan bangsa arya. Penduduk asli mohenjo-daro dan harappa kemudian membaur dengan bangsa-bangsa yang datang dari asia tengah, yaitu bangsa Arya. 

Bangsa Arya termasuk bangsa Indo-Jerman yang masuk ke India melalui celah khaiber pada sekitar tahun 2000-1500 SM. Pada masa ini, India disebut masuk zaman weda (1800 -600 SM). Mereka termasuk bangsa peternak yang hidup nomaden, dan membawa empat buku suci yang disebut weda. Percampuran budaya yang terjadi antara bangsa Dravida sebagai bangsa yang ditaklukan dan bangsa Arya ini membentuk tradisi baru yang kemudian menjadi dasar- dasar dari agama Hindu. 

Dilandasi keinginan bangsa Arya untuk menjaga kemurnian keturunan mereka, diciptakanlah sistem kasta atau pembagian kelas di dalam masyarakat campuran ini. Kasta ini bersifat eksklusif (tertutup). Ada empat kasta, yaitu:

  1. Brahmana, diperuntukan bagi para pendeta dan pemuka agama
  2. Ksatria, kasta bagi para raja dan bangsawan lainnya
  3. Waisa, bagi para pedagang dan pegawai, dan
  4. Sudra diperuntukan bagi rakyat biasa

Pada akhir zaman weda (sekitar 1000 SM), kota-kota ini telah menjadi daerah yang kaya. Pada zaman brahmana (1000-750 SM), lahir kitab Brahmana yang ditulis oleh kaum brahmana, menggunakan huruf pallawa dengan bahasa sansekerta. Sebagaimana nama periodenya, pada masa ini kekuasaan kaum brahmana sangat besar dalam kehidupan keagamaan. Kitab brahmana umumnya mengatur tata cara kehidupan keagamaan.

BACA JUGA: Jenis Manusia Purba dan Manusia Modern di Dunia dan Indonesia: Ciri-ciri Fisik dan Non Fisik

Pada zaman upanisad (750-500 SM), yang dipentingkan tidak hanya upacara dan sesaji, tetapi lebih dari itu, pengetahuan batin yang lebih tinggi. Zaman ini adalah zaman pengembangan dan penyusunan falsafah agama, yaitu zaman orang berfilsafat atas dasar weda. Pada tahun 500 SM lahir agama Buddha, atau disebut zaman Buddha (500-300 SM).

Zaman ini dimulai ketika putra Raja Sudhodana bernama Sidharta menafsirkan Weda dari sudut logika serta mengembangkan sistem yoga dan semadhi sebagai jalan untuk mendekatkan diri pada tuhan. Pada zaman buddha inilah lahir dan berkembangnya Kekaisaran Maurya (322-185 SM) yang bercorak Buddha. Kekaisaran ini berawal dari adanya pemberontakan di Punjab, yang berada di wilayah India barat laut dan Pakistan pada tahun 322 SM terhadap kekuasaan dari gubernur yang bernama Selusius, yang ditunjuk oleh Alexander Agung dari Makedonia untuk menjadi penguasa di wilayah tersebut. 

Pemberontakan ini dipimpin oleh seorang bangsawan bernama Candragupta Maurya, yang menginginkan persatuan sekaligus bertekad membangun bangsa India. Candragupta berhasil menyatukan wilayah India bagian utara dan membangun Kekaisaran Maurya. Ia menjadi kaisarnya yang pertama. Pemerintahannya dikenal sangat baik. Ia membangun kota Pataliputra dan menjadikannya ibukota kerajaan. 

Putranya kemudian berhasil memperluas kekaisaran ke wilayah India selatan, dan disusul oleh cucunya bernama Ashoka, yang berhasil mengalahkan Kalingga (256 SM). Ketika Ashoka menjadi kaisar, kekuasaan Dinasti Maurya semakin luas, meliputi sebagian besar Pakistan dan Afganistan sekarang. Ashoka adalah pemeluk agama Buddha. Ia menyebarkan agama Buddha hingga ke Sri Langka dan memerintah dengan sangat adil. 

BACA JUGA: Sumber Sejarah: Pengertian, Jenis, dan Kedudukan Sumber Sejarah

Dinasti Maurya kemudian digantikan oleh Dinasti Gupta yang lahir pada sekitar abad ke-4 M. Pada masa dinasti ini, terutama pada masa Chandra Gupta II (376-415 M), India mengalami masa keemasan, bahkan dianggap sebagai negara terkuat di asia itu hingga masa akhir kejayaannya pada tahun 600 M.

Sistem Kebudayaan Peradaban Awal Lembah Sungai Indus

Orang-orang di lembah sungai indus telah mengenal pengukuran jarak, massa, dan waktu dengan tingkat ketepatan atau akurasi yang tinggi. Mereka termasuk bangsa pertama yang mengembangkan sistem timbangan dan ukuran yang seragam. Mereka juga mengambangkan beberapa teknik baru dalam metalurgi serta memproduksi tembaga, perunggu, dan timah. 

Para insinyur mereka terkenal mampu membuat dok atau galangan kapal, beragam ukiran, stempel atau cap, tembikar, perhiasan dari emas, dan arca yang diukir dengan detail yang rapi, perunggu, serta benda-benda yang ditemukan di tempat-tempat ekskavasi. Beberapa arca perempuan sedang menari, yang terbuat baik dari emas ataupun, memperlihatkan tari-tarian telah dikenal pada masa kini. 

Selain berbentuk terakota, patung-patung bintang seperti sapi, burung, monyet, dan anjing ditemukan dalam berbagai cap atau stempel mereka. Ada juga patung sebagian zebra dan sebagian sapi dengan tanduk yang sangat megah, yang kemungkinan dipakai untuk tujuan keagamaan.

Sistem Sosial Peradaban Awal Lembah Sungai Indus

Peradaban lembah sungai indus terbentuk sejak sekitar tahun 2800 SM. Mata pencaharian masyarakatnya adalah pertanian, dengan tanaman utama padi, gandum, dan sejenisnya. Hal itu dimungkinkan karena wilayah tempat mereka dekat dengan sungai yang besar, sungai Indus. Mereka juga berternak sapi, kerbau, dan babi. 

Sekitar tahun 2600 SM komunitas awal lembah sungai indus telah berkembang menjadi pusat-pusat kota yang besar. Kota-kota itu di antaranya Harappa, Generiwala, Mohenjo-Daro (pakistan sekarang), dan Dholavira, Kalibangan, Rakhigarkhi, Rupar, dan Lothal (India sekarang). Kota Mohenjo-Daro, misalnya, diperkirakan didiami oleh sekitar 35.000 penduduk. 

Sementara itu, Harappa berada sekitar 565 km ke arah utara lembah Sungai Indus. Hasil ekskavasi terhadap bekas-bekas kota tersebut memperlihatkan adanya tata kota yang rapi yang melibatkan proses perencanaan yang baik serta pemerintahan yang efesien yang mengutamakan kualitas kesehatan warga serta kemudahan warga untuk mengikuti ritual-ritual keagamaan. 

Adanya perencanaan tampak pada arsitektur yang maju sebagaimana terlihat pada pusat galangan kapal, lumbung, atau balai, gudang panggung atau podium dari batu-bata, waduk, serta dinding-dinding kota.

Secara khusus di kota Harappa, Mohenjo-Daro, dan Rakhigarkhi, perencanaan kota itu termasuk adanya sistem sanitasi kota-kemungkinan besar merupakan sistem sanitasi pertama di dunia- dan pengguanaan teknik hidrolis untuk mendapatkan air dari sumur. Bagian dari sistem sanitasi itu adalah adanya penggunaan toilet siram (flush toilet) dan sisa-sisa air dari kamar mandi dan toilet dialirkan melalui pipa untuk dibuang ke selokan-selokan pembuangan yang tertutup di sepanjang jalan utama. 

Sebagian besar rumah memiliki sumur tersendiri. Sistem pembuangan dan drainase lembah sungai indus bahkan dikatakan jauh lebih maju dibandingkan temuan di situs-situs kuno di timur tengah. Di dekat lumbung atau balai ada sebuah bangunan publik yang pernah berfungsi sebagai permandian umum besar (great bath), dengan tangga yang turun ke arah kolam berlapis bata di dalam lapangan berderetkan tiang. 

Wilayah permandian berhias ini dibangun dengan baik, dengan lapisan tar alami di samping kolam di tengah-tengah untuk mencegah kebocoran. Kolam berukuran 12 m x 7 m, dengan kedalaman 2,4 m ini dibangun kemungkinan untuk kepentingan upacara keagaman.

Posting Komentar untuk "Materi Sejarah Kelas 10 Bab Peradaban Awal Lembah Sungai Indus (India Kuno)"