Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Materi Sejarah Kelas 11 Bab Persamaan dan Perbedaan Strategi Pergerakan Nasional

Materi Sejarah Kelas 11 Semester 2 Bab Persamaan dan Perbedaan Strategi Pergerakan Nasional

SAMSULNGARIFIN.COM - Materi Sejarah Kelas 11 Semester 2 Bab Persamaan dan Perbedaan Strategi Pergerakan Nasional.

Nasionalisme di Indonesia muncul pada awal abad ke-20, sehingga pada periode ini dikenal sebagai masa pergerakan nasional. Bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan imperialisme dan kolonialisme pada masa ini juga mengalami perubahan.

Sebelum abad ke-20, perjuangan rakyat di Nusantara dalam melawan pemerintah Hindia-Belanda masih bersifat kedaerahan atau hanya fokus pada wilayahnya masing-masing.

Hal ini dikarenakan belum ada kesadaran kolektif sebagai satu bangsa yang sama, yakni bangsa Indonesia. Karena kesadaran sebagai satu bangsa yang sama mulai menyebar ketika peristiwa Sumpah Pemuda pada tahun 1928.

BENTUK STRATEGI PERGERAKAN NASIONAL

A. Strategi Pergerakan Nasional Radikal Non Kooperatif

Strategi pergerakan radikal non kooperatif merupakan perjuangan dengan menggunakan cara yang keras dalam menentang kebijakan pemerintah kolonial Belanda. Non kooperatif berarti tidak mau bekerjasama dengan pemerintah kolonial Belanda. Taktik non kooperatif menekankan bahwa kemerdekaan harus diusakan sendiri oleh banga Indonesia, tanpa campur tangan atau bantuan pihak lain.

Periode Radikal pada masa perjuangan pergerakan nasional Indonesia, adalah kurun waktu yang menandakan kehadiran organisasi yang bergerak dengan gagasan dan dengan cara yang radikal dan ekstrim. 

Periode radikal ditandai dengan ciri khas organisasi dan tujuan perjuangannya berupaya menggapai hal-hal ekstrim dengan cara yang dianggap agresif di mata pemerintah kolonial, seperti melawan langsung pemerintah Belanda, menggagas hal yang dianggap mengganggu status quo, atau setidaknya melontarkan kritik tajam kepada pemerintah kolonial Belanda.

Kurun waktu periode ini adalah antara tahun 1925, saat pertama berdirinya sebuah organisasi yang bernama Partai Komunis Indonesia (PKI) hingga tahun 1936 dimana organisasi terakhir di periode ini dibubarkan yaitu Pendidikan Nasional Indonesia – Baru (PNI–Baru).

Faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi pergerakan nasional bersifat radikal antara lain:

  1. Timbulnya krisis ekonomi dunia (Malaise) yang terjadi setelah Perang Dunia I (1914-1918) Krisis ekonomi ini diawali dari tahun 1921 terjadi krisis gula menghancurkan tatanan ekonomi dunia, terutama negara-negara di Eropa termasuk Belanda. Daerah-daerah pemasaran menjadi hancur, daya beli masyarakat rendah sehingga terjadi kelebihan hasil produksi, pengangguran juga meningkat. Kondisi ini berdampak pula terhadap daerah-daerah jajahan termasuk daerah kolonial Hindia Belanda (Indonesia). Krisis ekonomi ini dijadikan peluang bagi organisasi-organisasi pergerakan untuk melakukan aksi-aksi politik sebagai bentuk perlawananan terhadap Pemerintah Hindia Belanda dalam mewujudkan Indonesia merdeka.
  2. Pergantian kepala pemerintahan yang lebih bersifat reaksioner. Pada tahun 1921, terjadi pergantian pemerintahan di Hindia Belanda. Dirk Fock menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda menggantikan Van Limburg Stirum. Dirk Fock lebih reaksioner dengan membuat beberapa kebijakan yakni mempersulit hak untuk berserikat, memperkuat dinas intelejen Hindia Belanda, menerapkan pasal penyebaran kebencian, melakukan penghematan besar besaran yang menyebabkan banyak PHK.

Organisasi-organisasi yang bersifat radikal terhadap pemerintah kolonial Belanda melakukan kegiatan perjuangan berupa:

  1. Menggembleng semangat kebangsaan dan persatuan di masyarakat melalui rapat umum, surat kabar,
  2. Menuntut pemerintah kolonial agar memberikan kebebasan bergerak kepada partai partai,
  3. Mengecam pemerintah kolonial yang melakukan tindakan sewenang-wenang, dan
  4. Melakukan aksi pemogokan.
Organisasi pergerakan yang bersifat radikal non kooperatif adalah Indische Partij ( 1911 – 1913 ) , Partai Komunis Indonesia (PKI; 1924), Perhimpunan Indonesia (PI; 1925), Partai Nasional Indonesia (PNI; 1927), Partai Indonesia (PARTINDO; 1931), dan Pendidikan Nasional Indonesia – Baru (PNI–Baru; 1931).

B. Strategi Pergerakan Nasional Moderat Kooperatif

Strategi pergerakan nasional bersifat moderat merupakan perjuangan yang dilakukan dengan menghindari tindakan kekerasan atau perilaku yang keras dan ekstrem. Organisasi yang bersifat moderat biasanya bersikap lunak kepada pemerintah kolonial Belanda.

Strategi bersifat moderat dengan taktik kooperatif adalah perjuangan yang dilakukan dengan cara bekerjasama dengan pemerintah kolonial Belanda untuk menghindari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Organisasi pergerakan nasional Indonesia yang bersifat moderat berdasarkan taktik kooperatif, berpendirian bahwa kemerdekaan ekonomi harus dicapai terlebih dahulu. Di bidang politik organisasi pergerakan ini sementara waktu dapat bekerja sama dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda atau bersifat kooperatif. Artinya dalam menghadapi pemerintah kolonial Hindia Belanda organisasi pergerakan yang berhaluan kooperatif harus bersikap agak lunak (moderat), sehingga tujuan untuk memajukan dan memerdekakan rakyat dapat tercapai.

Pilihan untuk bersikap moderat dan bertindak kooperatif bukan tanpa alasan. Sikap hati-hati dalam melawan pemerintah kolonial Belanda tetap diperlukan, terutama setelah pemerintah kolonial bersikap tegas terhadap tokoh dan organisasi pergerakan setelah pemberontakan PKI 1928. Pemberontakan ini telah membuka mata pemerintah kolonial Belanda untuk mengawasi sepak terjang organisasi pergerakan secara ketat.

Pemerintah kolonial Belanda juga mulai membatasi organisasi-organisasi pergerakan nasional dalam menyelenggarakan kegiatan berserikat dan berkumpul. Sejak saat itu pemerintah kolonial sering menangkap dan mengasingkan tokoh pergerakan yang dianggap tidak mendukung kebijakan kolonial. Sebagai contoh, Soekarno dan tokoh-tokoh PNI yang ditangkap karena tidak bersedia bersikap kooperatif terhadap pemerintah kolonial.

Akibat berhati-hati dalam menentukan sikap politik, organisasi moderat lebih memilih pergerakan dalam bidang-bidang di luar politik seperti sosial dan ekonomi. Beberapa tokoh pergerakan moderat sering melontarkan gagasan bahwa kemerdekaan ekonomi harus dicapai terlebih dahulu. Sementara itu, kegiatan politik untuk sementara waktu dilakukan melalui kerja sama dengan pihak kolonial Belanda.

Upaya yang dilakukan dengan taktik kooperatif antara lain mengirimkan wakilnya ke Volksraad (Dewan Rakyat) tujuannya adalah dapat memperjuangkan kepentingan rakyat, antara lain (1) mengusahakan perubahan perubahan ketatanegaraan, (2) mengusahakan penghapusan perbedaan politik, ekonomi dan intelektual dengan cara yang tidak melanggar hukum.

Selain perjuangan melalui Volksrad, upaya lainnya yang ditempuh dalam taktik kooperatif adalah mengusahakan kesejahteraan rakyat di bidang ekonomi (bank dan koperasi) serta bidang sosial dan budaya, terutama kemajuan Pendidikan.

Adapun faktor yang mempengaruhi kalangan pergerakan bersifat moderat antara lain:

  1. Krisis ekonomi dunia atau dikenal dengan nama Krisis Malaise yang terjadi setelah perang dunia I dan memuncak pada tahun 1929. Yang berdampak pada hancurnya ekonomi negara-negara di dunia, serta menyulitkan pula ekonomi di negara-negara jajahan, termasuk Indonesia. Kesulitan keuangan juga dialami dalam organisasi-organisasi pergerakan,
  2. Pembatasan berserikat yang dilakukan oleh belanda terhadap organisasi pegerakan nasional,
  3. Banyak tokoh pergerakan nasional yang ditangkap oleh Belanda antara lain Soekarno, Gatot Mangkupraja, Soepridinata dan Maskun Sumadiredja.

Organisasi-organisasi pergerakan yang menempuh strategi moderat kooperatif antara lain, Budi Utomo, Parindra, Gerindo dan GAPI.

PERSAMAAN STRATEGI PERGERAKAN NASIONAL

Dari pemaparan materi di atas, bisa kalian cermati bahwa pada intinya, kedua strategi pergerakan nasional memiliki persamaan dalam perjuangan. Apa persamaannya, mari membaca lebih jauh keterangan berikut ini.

Strategi radikal dan moderat yang diterapkan oleh tokoh ataupun organisasi pergerakan nasional sama- sama memiliki visi dan arah yang sama, yakni bertujuan memperjuangkan hak dan kepentingan bangsa Indonesia. Dengan kedua strategi tersebut, para tokoh pergerakan nasional mengobarkan semangat satu bangsa untuk mewujudkan kemerdekaan yang telah lama dicita-citakan.

Persamaan strategi perjuangan radikal dan moderat lainnya adalah bahwa keduanya menggunakan organisasi sebagai alat perjuangan. Mereka menyadari bahwa perjuangan mencapai tujuan Indonesia merdeka, harus diorganisir dan diselenggarakan secara modern. Segala aktifitas perjuangan harus dilakukan secara terencana dan teratur melalui wadah organisasi.

Organisasi-organisasi yang bergerak dengan strategi radikal dan moderat, juga sama-sama berjuang secara nasional, tidak lagi bersifat kedaerahan. Perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka secara keseluruhan, bukan lagi meliputi perjuangan pada satu wilayah tertentu.

Selain itu, semua organisasi pergerakan, baik yang menggunakan taktik radikal maupun yang menggunakan strategi moderat, menyadari bahwa kekuatan utama dalam berjuang bukan hanya pada senjata melainkan memajukan rakyat baik di bidang politik (menumbuhkan kesadaran akan pentingnya persatuan), ekonomi (peningkatan kesejahteraan rakyat) dan sosial budaya (Pendidikan, seni, budaya, Kesehatan dll).

Perjuangan semua organisasi pergerakan nasional, juga tidak lagi bertumpu pada kekuasaan raja atau sultan, tapi beralih pada pimpinan tokoh, yakni tokoh agama, kaum terpelajar, tokoh-tokoh pemuda, dan tokoh-tokoh masyarakat.

PERBEDAAN STRATEGI PERGERAKAN NASIONAL

Perbedaan strategi pergerakan radikal non kooperatif dengan strategi moderat kooperatif adalah: 

  1. cara perjuangan yang dilakukan kalau radikal cenderung menempuh sikap keras dan melawan pemerintah kolonial, sedangkan cara perjuangan yang moderat adalah menempuh cara lunak dan tanpa melawan secara langsung pemerintah kolonial.
  2. strategi radikal menempuh sikap non kooperatif, artinya tdak bekerjasama dengan pemerintah kolonial, sedangkan strategi moderat adalah kooperatif yang artinya bekerja sama (memanfaatkan kerjasama) dengan pemerintah kolonial untuk kemajuan dan kesejateraan rakyat Indonesia.
  3. Organisasi bersifat radikal menginginkan langsung kemerdekaan politik, sedangkan moderat menginginkan kemerdekaan ekonomi terlebih dahulu baru kemudian kemerdekaan politik.
  4. Bentuk perjuangan organisasi radikal antara lain berupa aksi-aksi massa, tutntutan keras kepada pemerintah Belanda, kecaman dan kritikan keras terhadap pemerintah kolonial. Sebaliknya, organisasi moderat berjuang melalui Volksraad (Dewan Rakyat bentukan Belanda), mengusahakan perubahan ketatanegaraan, dan penghapusan perbedaan politik, ekonomi dan intelektual tanpa melanggar aturan dan ketetapan pemerintah Belanda.
Dengan demikian, dapat kalian melihat bahwa baik moderat maupun radikal hanyalah sebuah strategi, taktik atau metode untuk mencapai tujuan, Organisasi-organisasi pergerakan memilih strategi radikal atau moderat ini tergantung dengan kebutuhan, kondisi atau situasi masa itu. 

Sistem moderat atau radikal dipilih adalah untuk mengatasi permasalahan dan supaya bisa bergerak ke tujuan. Baik moderat maupun radikal akan bekerja dengan masing -masing parameter yang berbeda, tapi sesungguhnya keduanya memiliki arah dan tujuan pencapaian yang sama, yakni Indonesia merdeka.

Posting Komentar untuk "Materi Sejarah Kelas 11 Bab Persamaan dan Perbedaan Strategi Pergerakan Nasional"